UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN (DISCOVERY) PADA SISWA KELAS
X SMA NEGERI 1 LAMBITU TAHUN PELAJARAN 2021/2022
OLEH
SRI
MULYATI,S.Pd
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGRA
BARAT
2021
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul “Upaya
Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi Dengan Metode Pembelajaran
Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022”, penulisan
karya ilmiah ini kami susun untuk dBiologikai dalam bacaan di perpustakaan
sekolah dan dapat dBiologikai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah
bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka
pembinaan karya ilmiah remaja.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini
penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih
ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
Yth. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
2.
Yth. Kepala SMAN 1 Lambitu
3.
Yth. Rekan-rekan Guru SMAN 1 Lambitu.
4.
Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga
penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
selalu penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman
Judul ................................................................................................. i
Lembar
Pengesahan ................................................................................................ ii
Kata
Pengantar ....................................................................................................... iii
Abstrak
................................................................................................................... iv
Daftar
Isi ................................................................................................................. v
BAB ..... I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah ........................................................... 1
B.
Perumusan Masalah.................................................................... 3
C.
Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
D.
Manfaat Penelitian .................................................................... 4
E.
Definisi Operasional Variabel ............................................ 4
F.
Batasan Masalah ....................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat BIOLOGI .................................................................. 6
B. Proses Belajar Mengajar BIOLOGI ....................................... 7
C. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) .......................... 8
D. Motivasi Belajar ...................................................................... 11
E. . Prestasi Belajar BIOLOGI ...................................................... 15
G. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap
..... Metode pembelajaran Penemuan (discovery) ......................... 16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .................................. 19
B.
Rancangan Penelitian
............................................................. 19
C.
Instrumen Penelitian ............................................................... 21
D.
Metode Pengumpulan Data
................................................... 25
E.
Teknik Analisis Data ............................................................... 25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisi Item Butir Soal
.......................................................... 28
B.
Analisis Data Penelitian Persiklus .......................................... 30
C.
Pembahasan ....................................................................... 39
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan ............................................................................. 41
B.
Saran ....................................................................................... 41
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................... 43
ABSTRAK
Sri Mulyati,2021.Upaya
Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Biologi Dengan Metode Pembelajaran
Penemuan (discovery) Pada Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2021/2022
Kata Kunci: pembelajaran Biologi, metode
penemuan (discovery)
Berhasilnya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan
siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan
yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery)?
(b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery) terhadap
motivasi belajar siswa?
Tujuan
dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery). (b)
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode
pembelajaran penemuan (discovery).
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan (action
research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap
yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran
penelitian ini adalah siswa Kelas X SMAN 1 Lambitu Data yang diperoleh berupa
hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari
hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus
III (86,36%).
Kesimpulan
dari penelitian ini adalah metode penemuan (discovery) dapat berpengaruh
positif terhadap motivasi belajar Siswa SMA Negeri 1 Lambitu, serta metode
pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
Biologi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
System
pendidikan di
Sejalan
dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-sekolah telah
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkemangan itu terjadi karena
terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat
belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahawa
pembaharuan dalam system pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.
Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidiakn
dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Pada
hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja,
tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses
belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar
itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru
mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan
rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak
faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan
di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat
penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu
memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata
pelajaran yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih
strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh
peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran Biologi. Misalnya dengan
membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan
lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan
bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus
memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak
didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan
dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki
dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru
yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep BIOLOGI.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam
kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa
akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap
informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapan materi itu dengan
lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung
motivasi siswa (Nur, 2021: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping
menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian
materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan
penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba
menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk mengungkapkan apakah
dengan model penemuan (discovery)
dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar Biologi. Penulis
memilih metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan,
mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2021:
4). Dalam metode pembelajaran penemuan (discovery)
siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai
pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam
penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar BIOLOGI
dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Pada Siswa Kelas IX SMAN 1 Lambitu Tahun Pelajaran 2020/2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa
dengan diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery)?
- Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan
(discovery) terhadap motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery).
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa
setelah diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
- Memberikan informasi tentang metode pembelajaran
yang sesuai dengan materi Biologi.
- Meningkatkan motivasi pada pelajaran Biologi
- Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai
dengan bidang studi Biologi.
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul
penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
- Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba
sendiri. Agar anak dapat belajar sendiri
- Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
- Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah meliputi:
- Penelitian inihanya dikenakan pada siswa Kelas IX
tahun pelajaran 2020/2021.
- Penelitian ini dilakukan pada bulan September
semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.
- Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan
Keanekaragaman Hayati.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup. Istilah biologi diambil dari bahasa Yunani bios (hidup) dan logos
(ilmu). Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keadaan dan
sifat-sifat makhluk hidup. Dalam bahasa arab ilmu biologi dikenal dengan
istilah ilmu hayat yaitu . Menurut
Djohar dalam Sutarsih proses belajar biologi merupakan perwujudan dari
interaksi subjek ( anak didik ) dengan objek yang terdiri dari benda, kejadian,
proses, dan produk. Pendidikan biologi harus diletakkan sebagai alat
pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam
pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan
interaksi dengan objek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi
dan menemukan konsep.
Pada dasarnya, yang terjadi dalam proses pembelajaran
biologi adalah adanya interaksi antara subjek didik (siswa) yang memiliki
karakteristiknya masing-masing dengan objek (biologi sebagai ilmu) untuk
mencapai tujuan tertentu, yaitu untuk membagun pengetahuan, keterampilan dan
pembentukan nilai-nilai. Siswa sebagai subjek didik tidak menerima begitu saja
pembelajaran biologi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi ada interaksi. antara
siswa, guru, dan objek biologi yang dipelajari. Setiap ilmu memiliki objek, persoalan
dan cara mempelajarinya sehingga membawa konsekuensi logis dalam cara
mengajarkannya. biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan
gejala alam. Secara garis besar, biologi meliputi dua kegiatan utama, yaitu
pengamatan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan proses penalaran untuk
memperoleh konsep-konsep. Belajar biologi adalah suatu kegiatan untuk mengungkap
rahasia alam yang berkaitan dengan makhluk hidup. Biologi sebagai cabang dari
IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi,
perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Jadi, dapat
dikatakan bahwa hakikat biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang
dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori
yang berlaku secara universal.
Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wadah bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
B. Proses Belajar Mengajar Biologi
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama
lainnya saling berhubungan (inter
independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan
tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa
dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama
Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan
kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program
tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
proses belajar mengajar Biologi meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai
dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak
lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu
yaitu pengajaran Biologi.
C. Metode pembelajaran Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah
proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah:
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya:
segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip
antara lain ialah: logam apabila Biologi naskan akan mengemabang. Dalam teknik
ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sndiri)
itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning menjadi situasi student dominated learning. Dengan
menggunakan discovery learning, ialah
suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri.
Agar anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
-
Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif/pengenalan siswa.
-
Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut.
-
Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para
siswa.
-
Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
-
Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
-
Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada
pula kelemahan yang perlu diperhatikan ialah:
-
Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
-
Bila kelas terlalu besar penggunaan teknikini akan
kurang berhasil.
-
Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan
dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
-
Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses
mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan
proses pengertiansaja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan
keterampilan bagi siswa.
-
Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
berpikir secara kreatif.
D.
Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang
menyebabkan kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai
tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi
adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2021: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan
lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong
seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
- Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau
belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan
menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada
beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi
tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2)
Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.
3)
Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk
mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4)
Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas
pekerjaannya.
5)
Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak
memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Jenis motivasi ini
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan,
suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar
karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya
(Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut
Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara
membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata
lain:
1)
Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan
persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi
orang lain.
2)
Pace Making
(membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3)
Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk
mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu
yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu
perbuatan.
4)
Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan
rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya
banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5)
Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu
memiliki minat yang besar.
6)
Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa
mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam
kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan
tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah
siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi,
angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik
adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang
tinggi, dan lain sebagainya.
E. Prestasi Belajar Biologi
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu
yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang
baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil
pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian
kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang
dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil
belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar.
Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh
mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan
bahwa prestasi belajar Biologi adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah
melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam
proses belajar mengajar Biologi
F. Hubungan
Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode pembelajaran Penemuan (discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan
materi itu dengan lebih baik (Nur, 2021:
3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan
melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery)
adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa
terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan
informasi singkat (Siadari, 2021: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan (discovery) akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum
belajar penemuan (discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan
dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar
penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai
menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
dengan adanya motivasi dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut
maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka
intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan senantiasa
menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan
masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai
peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan
(d) administrasi social ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama
dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas
dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun,
kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan
seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini
diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara
kalasikal telah mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti
tidak tergantung pada jumlah siklus yang harus dilalui.
A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SMA Negeri 1 Lambitu tahun pelajaran 2021/2022.
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil 2021/2022.
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas X pada
pokok bahasan Keanekaragaman Hayati.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis,
2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru
(Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan
alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan
penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana
tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang
dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa
serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode
pembelajaran model discovery .
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil
refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran,
yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama
(alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran
dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana
Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Lembar
Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a.
Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan
(discovery), untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b.
Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes
formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes
formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah
pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah
diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji
validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih
soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data.
Langkah-langkah analisi btir soal adalah sebagai berikut:
a.
Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan
untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat
ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat
dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto, 2021:
72)
Dengan: rxy
: Koefisien korelasi product
moment
N :
Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah
skor total
ΣX : Jumlah
skor butir soal
ΣX2 :
Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hsilkali skor butir soal
b.
Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(
Dengan:
r11 :
Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 :
Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari
perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes
tersebut reliabel.
c.
Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu
soal adalah indeks kesukaran. Rumus yangdigunakan untuk menentukan taraf
kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2021: 208)
Dengan:
P :
Indeks kesukaran
B :
Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh
siswa peserta tes
Criteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
-
Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
-
Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
-
Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d.
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah
sebagai berikut:
(Suharsimi
Arikunto, 2021: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta
kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta
kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA :
Jumlah peserta kelompok atas
JB :
Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta
kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta
kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakanuntuk menentukan daya pembeda
butir soal sebagai berikut:
-
Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
-
Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
-
Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
-
Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran penemuan (discovery),
observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang
bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh
dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk
memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa
selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan
dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir
putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal,
data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan (discovery) dan pengamatan aktivitas
siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap
siklus.
Data hasil uji coba item butir soal
digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginka.
Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari
dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan pembelajaran penemuan (discovery) yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) dalam meningkatkan prestasi.
Data tes formatif untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).
A. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui
instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut
diuji dan dianalisi. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian.
Analisis tes yang dilakukan meliputi:
- Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui
kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini.
Dari perhitungan 46 soal diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil
dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1.
Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid |
Soal Tidak Valid |
1,
2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30,
36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 |
3,
4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46 |
- Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji
reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11
sebesar 0, 775. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk
jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes
yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
- Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat
kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
-
20 soal mudah
-
16 soal sedang
-
10 soal sukar
- Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui
kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang
berkriteria jelek sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik
10 soal, dan yang berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes
yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1,
dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 4 September 2021 di kelas IX dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Hasil Tes Formatif Siswa
Pada Siklus I
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
60 |
|
√ |
12 |
60 |
|
√ |
2 |
70 |
√ |
|
13 |
80 |
√ |
|
3 |
70 |
√ |
|
14 |
70 |
√ |
|
4 |
60 |
|
√ |
15 |
80 |
√ |
|
5 |
80 |
√ |
|
16 |
70 |
√ |
|
6 |
80 |
√ |
|
17 |
90 |
√ |
|
7 |
70 |
√ |
|
18 |
60 |
|
√ |
8 |
70 |
√ |
|
19 |
60 |
|
√ |
9 |
60 |
|
√ |
20 |
70 |
√ |
|
10 |
80 |
√ |
|
21 |
70 |
√ |
|
11 |
50 |
|
√ |
22 |
60 |
|
√ |
Jumlah |
750 |
7 |
4 |
Jumlah |
770 |
8 |
3 |
Jumlah
Skor 1520 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai
69,09 |
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No |
Uraian |
Hasil Siklus I |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
69,09 15 68,18 |
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan metode pembelajaran penemuan (discovery)
diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan
belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa
dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa
masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru
dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan (discovery).
2. Siklus II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif
II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 12 September 2021 di kelas X dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada
siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.4.
Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
60 |
|
√ |
12 |
90 |
√ |
|
2 |
80 |
√ |
|
13 |
80 |
√ |
|
3 |
80 |
√ |
|
14 |
80 |
√ |
|
4 |
90 |
√ |
|
15 |
80 |
√ |
|
5 |
90 |
√ |
|
16 |
80 |
√ |
|
6 |
60 |
|
√ |
17 |
60 |
|
√ |
7 |
80 |
√ |
|
18 |
80 |
√ |
|
8 |
70 |
√ |
|
19 |
70 |
√ |
|
9 |
60 |
|
√ |
20 |
60 |
|
√ |
10 |
80 |
√ |
|
21 |
80 |
√ |
|
11 |
90 |
√ |
|
22 |
80 |
√ |
|
Jumlah |
840 |
8 |
3 |
Jumlah |
840 |
9 |
2 |
Jumlah
Skor 1680 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai
76,36 |
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas : 5
Klasikal :
Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No |
Uraian |
Hasil Siklus II |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
76,36 17 77,27 |
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 17
siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini
karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu
diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan (discovery).
3. Siklus III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3,
dan alat-alat pengajaran yang mendukung
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2021 di kelas X dengan jumlah siswa 22
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus
II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada
siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6. Hasil
Tes Formatif Siswa Pada Siklus III
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
No. Urut |
Nilai |
Keterangan |
||
T |
TT |
T |
TT |
||||
1 |
90 |
√ |
|
12 |
90 |
√ |
|
2 |
90 |
√ |
|
13 |
90 |
√ |
|
3 |
90 |
√ |
|
14 |
90 |
√ |
|
4 |
80 |
√ |
|
15 |
60 |
|
√ |
5 |
90 |
√ |
|
16 |
90 |
√ |
|
6 |
80 |
√ |
|
17 |
80 |
√ |
|
7 |
90 |
√ |
|
18 |
70 |
√ |
|
8 |
60 |
|
√ |
19 |
70 |
√ |
|
9 |
90 |
√ |
|
20 |
80 |
√ |
|
10 |
90 |
√ |
|
21 |
90 |
√ |
|
11 |
60 |
|
√ |
22 |
80 |
√ |
|
Jumlah |
910 |
9 |
2 |
Jumlah |
890 |
10 |
1 |
Jumlah
Skor 1800 Jumlah
Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai
81,82 |
Keterangan: T
:
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 19
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal :
Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No |
Uraian |
Hasil Siklus III |
1 2 3 |
Nilai
rata-rata tes formatif Jumlah
siswa yang tuntas belajar Persentase
ketuntasan belajar |
81,82 19 86,36 |
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes
formatif sebesar 81,82 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak 19 siswa
dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan
belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada
siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran penemuan (discovery)
sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III
ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya
sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana
dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran penemuan (discovery).
Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1)
Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan
semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup
besar.
2)
Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa
aktif selama proses belajar berlangsung.
3)
Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah
mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4)
Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai
ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran
penemuan (discovery) dengan baik dan
dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses
belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi
terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya
adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar
pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran
penemuan (discovery) dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran penemuan (discovery)
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu
masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran penemuan (discovery)
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran Biologi pada pokok bahasan Keanekaragaman Hayati yang
paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/
memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan
guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran
telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan (discovery) dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan penemuan (discovery) memiliki
dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%).
- Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa
menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran
penemuan (discovery) sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian
sebelumnya agar proses belajar mengajar Biologi lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai
berikut:
- Untuk melaksanakan model penemuan (discovery) memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan (discovery) dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa,
guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode
pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan
pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa
berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena
hasil penelitian ini hanya dilakukan di Sekolah SMAN 1 Lambitu di Kelas X
tahun pelajaran 2021/2022.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan.
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi
BIOLOGI dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi
Belajar dan Mengajar.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model.
Masriyah. 1999. Analisis Butir
Tes.
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian
Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk
Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2021. Pemotivasian
Siswa untuk Belajar.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman
Penulisan dan Ujian Skripsi.
Suryosubroto, B. 1997. Proses
Belajar Mengajar di Sekolah.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru
Profesional.
Widoko. 2002. Metode
Pembelajaran Konsep.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Foto Kegiatan Penelitian